Gunung Merbabu terletak di jawa tengah dengan ketinggian
3.142M dpl pada puncak Kenteng Songo. Gunung Merbabu berasal dari kata
"meru" yang berarti gunung dan "babu" yang berarti wanita. Gunung ini
dikenal sebagai gunung tidur meskipun sebenarnya memiliki 5 buah kawah:
kawah Condrodimuko, kawah Kombang, Kendang, Rebab, dan kawah
Sambernyowo.
Terdapat 2 buah puncak yakni puncak
Syarif (3119m) dan puncak Kenteng Songo (3142m). Puncak Gn.Merbabu dapat
ditempuh dari Cunthel, Thekelan, (Kopeng / Salatiga) Wekas (Kaponan /
Magelang) atau dari selo (Boyolali). Perjalanan akan sangat
menarik bila Anda berangkat dari jalur Utara (Wekas,
Cunthel, Thekelan) turun kembali lewat jalur selatan (Selo).
Pemandangan yang sangat indah dapat
disaksikan disepanjang perjalanan tersebut. Banyak terdapat gunung
disekitar gunung Merbabu, diantaranya Gn. Merapi, Gn.Telomoyo,
Gn.Ungaran. Gunung Merbabu ini membentuk garis deretan gunung berapi ke
arah utara Merapi - Merbabu - Telomoyo - Ungaran.
JALUR SELO
Kecamatan
Selo masuk wilayah Kabupaten boyolali, Jawa Tengah. Selo berada di
tengah-tengah antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Pendaki
yang hendak menapaki puncak Gunung Merapi lebih suka mengambil
jalur dari Selo ini. Sedangkan Pendaki Gunung Merbabu lebih suka
mendaki dari Kopeng dan turun di Selo.
kunjungi juga;
Untuk mendaki ataupun turun gunung Merbabu
lewat jalur Selo sebaiknya membawa pemandu atau harus ada pendaki
yang pernah melewati jalur ini. Hal ini disebabkan karena
banyaknya percabangan yang bisa menyesatkan pendaki. Meskipun
nantinya akan sampai di juga perkampungan, namun sulit sekali
mencari kendaraan umum dan tidak ada sumber air. Selain itu jalur
yang salah akan melintasi sisi jurang terjal yang sangat berbahaya.
Untuk
menuju ke Selo bisa ditempuh dari Magelang atau dari Boyolali.
Namun lebih mudah memperoleh kendaraan umum dari Boyolali. Untuk
menuju ke kota Boyolali dari Semarang naik bus ke Solo atau
sebaliknya dari Solo naik bus jurusan Semarang turun di kota
Boyolali. Apabila dari kota Yogyakarta harus naik bus jurusan Solo
turun di Kartasura, kemudian ganti bus jurusan Solo Semarang turun
di kota Boyolali.
Untuk
menuju ke Selo dari kota Boyolali menggunakan bus kecil jurusan
Selo. Bus yang langsung ke Selo agak jarang biasanya hanya sampai
Pasar Cepogo, dan dari pasar Cepogo ganti lagi bus kecil yang
menuju Selo. Dari kota Boyolali bus kecil yang menuju Selo ini
tidak parkir di terminal Boyolali. Pendaki harus sedikit berjalan
kaki ke Pasar Sapi di mana bus kecil jurusan Cepogo/Selo berhenti
mencari penumpang. Di Pasar ini terdapat patung Sapi yang
melambangkan industri peternakan sapi yang menjadi andalan pendapatan
masyarakat Boyolali.
Air
bersih agak sulit di dapat di Selo, penduduk desa Lencoh yang
berada di lereng gunung Merapi untuk memperoleh air bersih harus
menyalurkan air bersih yang berasal dari gunung Merbabu. Sehingga
di Selo jarang terdapat hotel, losmen, atau penginapan. Pendaki
biasa menginap di basecamp pendakian Gn. Merapi maupun Gn. Merbabu.
Setelah mendaftar di Kantor Polisi Selo, untuk
menuju ke basecamp Gn. Merbabu, dari Selo tepatnya dari kantor
Polisi, pendaki harus berjalan kaki menyusuri jalan aspal sekitar
1 jam, cukup jauh dan menanjak sehingga cukup melelahkan.
Melintasi perkampungan penduduk dan ladang-ladang yang berada di
lereng-lereng terjal. Pendaki bisa menyewa mobil bak sayuran untuk
menuju ke basecamp, atau bisa juga naik ojek. Untuk pemanasan
pendakian, berjalan kaki bisa menjadi pilihan yang lebih murah.
Truk tidak bisa mencapai basecamp karena ada portal dan jalan yang
dilalui rawan longsor.
Biasanya
pendaki menginap di rumah warga setelah atau sebelum mendaki
gunung Merbabu yang juga menjadi basecamp. Rumahnya sangat besar
bisa menampung puluhan pendaki yang menginap. Di rumah warga
ini pendaki bisa memesan makanan dan minuman, seperti nasi goreng,
mie rebus, dan kopi. Stiker kaos dan aneka cendara mata juga bisa
di peroleh di basecamp yg berupa rumah-rumah penduduk ini. Hanya terdapat satu buah
kamar mandi yang airnya mengalir sangat kecil sehingga apabila
ramai pendaki yang menginap, maka harus mengantri lama untuk ke
kamar mandi.
Dari basecamp, pendakian diawali
dengan melintasi area perkemahan yang sangat luas yang ditumbuh
pohon-pohon pinus sehingga cukup rindang dan sejuk di siang hari.
Agak landai kemudian mulai memasuki kawasan hutan.
Jalur pendakian masih cukup landai, namun akan
banyak dijumpai pertigaan, maupun perempatan jalur yang menuju ke
perkampungan penduduk, maupun jalur penduduk mencari kayu bakar
dan rumput, untuk itu tetap pilih jalur yang paling lebar.
Berjalan sekitar satu jam akan sampai di Mpitian yang berupa
perempatan jalur.
Dari
Mpitian masih agak landai melintasi hutan akan berjumpa dengan
sungai kering yang berisi pasir. Setelah menyeberangi sungai
kering jalur mulai agak menanjak namun masih melintasi hutan.
Setelah berjalan sekitar satu jam dari sungai kering ini jalur
terjal sekali meliuk mendaki bukit dan sampailah kita di tikungan
macan.
Di Tikungan Macan ini kita bisa memandang ke
bawah ke arah jurang yang masih diselimuti hutan yang lebat. Di
tikungan Macan ini pendaki yang turun bisa kesasar karena jalur
yang sebenarnya berada disisi samping bukan lurus ke bawah.
Dari Tikungan Macan jalur mulai sedikit terbuka,
namun masih melintasi hutan yang sudah tidak terlalu lebat lagi.
Jalur mulai menanjak, setengah jam berikutnya jalur mulai agak
sulit dan semakin terjal. Sekitar
satu jam dari Tikungan Macan pendaki akan sampai di Batu Tulis.
Batu Tulis adalah tempat terbuka yang cukup
luas, di tengahnya terdapat sebuah batu yang cukup besar.
Pemandangan indah di sekitar Batu Tulis bisa menjadi pengobat
lelah. Banyak terdapat Edelweiss yang tumbuh tinggi dan
besar
sehingga bisa digunakan untuk berteduh. Pendaki
yang turun Gn.Merbabu, di Batu Tulis ini terdapat juga
jalur
alternatif yang kelihatan sangat jelas namun sedikit
mendaki bukit.
Jalurnya berbahaya melintasi punggungan yang sempit dengan
sisi
jurang di kira dan kanan, sebaiknya tidak melewati jalur
ini,
tetaplah mengikuti jalur yang resmi.
Dari Batu Tulis medan mulai terbuka berupa
padang rumput yang sangat terjal dan berdebu. Bila di musim hujan
jalur ini licin sekali sehingga perlu perjuangan sangat keras
untuk merangkak ke bergerak ke atas. Puncak
Gunung Merbabu masih belum kelihatan, pendaki masih harus melewati
empat buah bukit yang terjal untuk sampai di puncak Gunung Merbabu.
Sekitar 1 jam berjuang melintasi medan yang
berat dan terjal pendaki akan sampai di puncak bukit, selanjutnya
turun dan landai melintasi padang rumput. Pemandangan sekitar di
Padang Rumput ini sangat indah, seperti bukit-bukit Teletubies.
Sedikit naik bukit dan kemudian turun lagi pendaki akan sampai di
Jemblongan yakni sebuah tempat yang banyak di tumbuhi Edelweiis
dalam ukuran besar dan rapat sehingga sehingga membentuk hutan
yang rindang.
Pendaki
bisa beristirahat sejenak sambil tiduran di bawah rindangnya hutan
Edelweiss. Di sini adalah tempat terakhir yang bisa digunakan
untuk berteduh dan beristirahat dengan nyaman, karena jalur
selanjutnya berupa padang rumput terbuka yang kering dan sangat
terjal, berdebu di musim kemarau dan sangat licin di musim hujan.
Dari Jemblongan kembali pendaki harus berjuang
untuk mendaki bukit yang terjal, licin dan berdebu. Puncak Gunung
Merbabu masih belum kelihatan karena tertutup bukit. Pemandangan
alam cukup menghibur, di sisi kiri terdapat Gunung Kenong dan di
sisi kanan terdapat gunung Kukusan yang runcing dan terjal.
Setelah
berjalan sekitar 1 jam akan tampak puncak Gunung Merbabu.
Pemandangan yang sangat indah di depan mata, sekaligus pemandangan
yang mencengangkan, karena kita memandang jalur medan terjal yang
harus kita tempuh untuk menggapai puncak gunung Merbabu. Berbalik
arah pemandangan ke arah Gunung Merapi juga sangat indah sekali.
Bila kita berjalan dengan cermat sekitar sekitar 25 meter di
sebelah kanan jalur akan kita temukan sebuah batu berlobang yang
keramat.
Sekitar 30 menit hingga 1 jam diperlukan
perjuangan akhir dengan menapaki jalur padang rumput yang terjal
dan berdebu untuk mencapai Puncak tertinggi gunung Merbabu.
Setibanya di Puncak Gunung Merbabu, untuk menuju Puncak Kenteng
Songo kita berjalan sekitar 10 menit ke arah Timur.
Di
Puncak Kenteng Songo terdapat batu berlobang yang dikeramatkan
masyarakat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang dengan jumlah 9
buah yang hanya bisa dilihat, menurut penglihatan paranormal. Mata
biasa hanya melihat 4 buah batu berlobang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat
memandang Gn. Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat,
nampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang
kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki.
Lebih dekat lagi tampak Gn. Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke
arah timur tampak Gn. Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
|
Mount Merbabu is a dormant stratovolcano in Central Java
province on the Indonesian island of Java. The name Merbabu
could be loosely translated as 'Mountain of Ash' from the
Javanese combined words; Meru means "mountain" and awu or
abu means "ash". The active volcano Mount Merapi is directly adjacent on its south-east side, while the city of Salatiga is located on its northern foothills. A 1,500m high broad saddle lies between Merbabu and Merapi, the site of the village of Selo and highly fertile[citation needed] farming land. There are two peaks; Syarif (3,119 m) and Kenteng Songo (3,145 m). Three U-shaped radial valleys extend from the Kenteng Songo summit in northwesterly, northeastly and southeastly directions. Two known moderate eruptions occurred in 1560 and 1797. The 1797 event was rated 2: Explosive, on the Volcanic Explosivity Index.An unconfirmed eruption may have occurred in 1570. Geologically recent eruptions originated from a North Northwest-South Southeast fissure system that cut across the summit and fed the large-volume lava flows from Kopeng and Kajor craters on the northern and southern flanks, respectively. Merbabu can be climbed from several routes originating from the town of Kopeng on the north east sideside, and also from Selo on the southern side. A climb from Kopeng to Kenteng Songo takes between 8 and 10 hours. An area of 57 km² at the mountain has been declared a national park in 2004 This is a favorite mountain for local and foreign mountaineers. The average temperature in its top is around 15 grade Celsius during the day, of course in the night, it’s biting cold. The magnificent Merbabu is in the middle of Central Java Province, comes from the word "Meru" means mountain and "Babu" means female or lady. For years it has been known as a sleeping mountain, but in fact it has 5 calderas, namely: Condrodimuko, Kombang, Kendang, Rebab & Sambernyowo. Mt. Merbabu last eruption was in 1968 which caused a lot of erosion. Usually it gives a tranquile atmosphere to its green beautiful environment. FROM SELO Selo village is situated between Mt. Merbabu & Mt. Merapi. In Selo, there are some inns. 1. From Pasar (Market) of Selo, walk to the village bordering with the forest. There is modest bathroom, mosque and a warung (small shop). In the Javanese month of Sapar, there is a ritual ceremony, the villagers give a traditional offering in the spring, as it provided a good life to them. 2. Climbing from this side, the climbers can always see the beautiful view of Mt. Merapi and Mt. Lawu on their back. From shelter I-Balong, shelter II-Pentur and shelter III. The climbers can walk leisurely under the shadow of big forest trees. The name of Balong according to local legend, is to remember Eyang (grand-pa) Citranala conquered a tiger. In that fight, his cloth was holed by the tigers’ bite (cloth=gombal; hole= bolong; gombal bolong, the abbreviation is Balong) From shelter IV up to summit, there are savannah and some flowers like a special kind of Edelweiss, named The Snowy Edelweiss. The most Tiring trek is the climbing to this shelter. The shelter V is the peak of Kentong Songo. The climbing from the south route takes around 6 hours time. It is advised to the mountaineers, the best way is to climb Mt. Merbabu from the North, Tekelan village and descend in Selo. Afterwards, depends to availability of time and energy, climb over Mount Merapi. |
Selo dari Semarang-Solo 1. Bus Jurusan Semarang-Solo turun di kota boyolali. 2. Bus kecil dari Pasar Sapi Boyolali ke Cepogo/Selo. 3. Bus kecil dari Pasar Cepogo ke Selo. Selo lewat Magelang 1. Bus jur Yogya - Semarang turun di Blabak (sebelum kota Magelang) 2. Angkot ke desa Sawangan disambung mobil bak sayuran ke jurusan Klakah, sambung lagi mobil sayuran ke Selo. Ada juga bus kecil jurusan magelang ke boyolali turun di Selo. ( Tidak disarankan lewat Magelang bila hendak menggunakan kendaraan umum kecuali carter mobil ) Selo dari Yogya-Solo 1. Bus jurusan Yogya-Solo turun di kota Kartasura. 2. Bus jurusan Solo-Semarang turun di terminal Boyolali. 3. Bus Kecil dari Pasar Sapi Boyolali ke Cepogo/Selo 4. Bus kecil dari Pasar Cepogo ke Selo. |
Kecamatab Selo merupakan salah satu
Kecamatan di Kab. Boyolali, letaknya diantara gunung Merapi
dan Merbabu dengan ketinggian 1300-1500 m di atas
permukaan laut menjadikan daerah ini dingin dan memiliki
pemandangan yang indah. Wilayah seluas 11766,4 ha berupa
hutan lindung sehingga menopang objek wisata kawasan Selo.
Di Kawasan Selo terdapat
objek-objek wisata dan budaya yang merupakan peninggalan
jaman kerajaan Mataram, Belanda maupun Jepang yakni
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar