Senin, 07 September 2015

jalur pendakian gunung merbabu


Gunung Merbabu terletak di jawa tengah dengan ketinggian 3.142M dpl pada puncak Kenteng Songo. Gunung Merbabu berasal dari kata "meru" yang berarti gunung dan "babu" yang berarti wanita. Gunung ini dikenal sebagai gunung tidur meskipun sebenarnya memiliki 5 buah kawah: kawah Condrodimuko, kawah Kombang, Kendang, Rebab, dan kawah Sambernyowo.
Terdapat 2 buah puncak yakni puncak Syarif (3119m) dan puncak Kenteng Songo (3142m). Puncak Gn.Merbabu dapat ditempuh dari Cunthel, Thekelan, (Kopeng / Salatiga) Wekas (Kaponan / Magelang) atau dari selo (Boyolali). Perjalanan akan sangat menarik bila Anda berangkat dari jalur Utara (Wekas, Cunthel, Thekelan) turun kembali lewat jalur selatan (Selo).
Pemandangan yang sangat indah dapat disaksikan disepanjang perjalanan tersebut. Banyak terdapat gunung disekitar gunung Merbabu, diantaranya Gn. Merapi, Gn.Telomoyo, Gn.Ungaran. Gunung Merbabu ini membentuk garis deretan gunung berapi ke arah utara Merapi - Merbabu - Telomoyo - Ungaran.
JALUR SELO
Kecamatan Selo masuk wilayah Kabupaten boyolali, Jawa Tengah. Selo berada di tengah-tengah antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Pendaki yang hendak menapaki puncak Gunung Merapi lebih suka mengambil jalur dari Selo ini. Sedangkan Pendaki Gunung Merbabu lebih suka mendaki dari Kopeng dan turun di Selo.

kunjungi juga;
Untuk mendaki ataupun turun gunung Merbabu lewat jalur Selo sebaiknya membawa pemandu atau harus ada pendaki yang pernah melewati jalur ini. Hal ini disebabkan karena banyaknya percabangan yang bisa menyesatkan pendaki. Meskipun nantinya akan sampai di juga perkampungan, namun sulit sekali mencari kendaraan umum dan tidak ada sumber air. Selain itu jalur yang salah akan melintasi sisi jurang terjal yang sangat berbahaya.
Untuk menuju ke Selo bisa ditempuh dari Magelang atau dari Boyolali. Namun lebih mudah memperoleh kendaraan umum dari Boyolali. Untuk menuju ke kota Boyolali dari Semarang naik bus ke Solo atau sebaliknya dari Solo naik bus jurusan Semarang turun di kota Boyolali. Apabila dari kota Yogyakarta harus naik bus jurusan Solo turun di Kartasura, kemudian ganti bus jurusan Solo Semarang turun di kota Boyolali.
Untuk menuju ke Selo dari kota Boyolali menggunakan bus kecil jurusan Selo. Bus yang langsung ke Selo agak jarang biasanya hanya sampai Pasar Cepogo, dan dari pasar Cepogo ganti lagi bus kecil yang menuju Selo. Dari kota Boyolali bus kecil yang menuju Selo ini tidak parkir di terminal Boyolali. Pendaki harus sedikit berjalan kaki ke Pasar Sapi di mana bus kecil jurusan Cepogo/Selo berhenti mencari penumpang. Di Pasar ini terdapat patung Sapi yang melambangkan industri peternakan sapi yang menjadi andalan pendapatan masyarakat Boyolali.
Air bersih agak sulit di dapat di Selo, penduduk desa Lencoh yang berada di lereng gunung Merapi untuk memperoleh air bersih harus menyalurkan air bersih yang berasal dari gunung Merbabu. Sehingga di Selo jarang terdapat hotel, losmen, atau penginapan. Pendaki biasa menginap di basecamp pendakian Gn. Merapi maupun Gn. Merbabu.
Setelah mendaftar di Kantor Polisi Selo, untuk menuju ke basecamp Gn. Merbabu, dari Selo tepatnya dari kantor Polisi, pendaki harus berjalan kaki menyusuri jalan aspal sekitar 1 jam, cukup jauh dan menanjak sehingga cukup melelahkan. Melintasi perkampungan penduduk dan ladang-ladang yang berada di lereng-lereng terjal. Pendaki bisa menyewa mobil bak sayuran untuk menuju ke basecamp, atau bisa juga naik ojek. Untuk pemanasan pendakian, berjalan kaki bisa menjadi pilihan yang lebih murah. Truk tidak bisa mencapai basecamp karena ada portal dan jalan yang dilalui rawan longsor.
Biasanya pendaki menginap di rumah warga setelah atau sebelum mendaki gunung Merbabu yang juga menjadi basecamp. Rumahnya sangat besar bisa menampung puluhan pendaki yang menginap. Di rumah warga ini pendaki bisa memesan makanan dan minuman, seperti nasi goreng, mie rebus, dan kopi. Stiker kaos dan aneka cendara mata juga bisa di peroleh di basecamp yg berupa rumah-rumah penduduk ini. Hanya terdapat satu buah kamar mandi yang airnya mengalir sangat kecil sehingga apabila ramai pendaki yang menginap, maka harus mengantri lama untuk ke kamar mandi.
Dari basecamp, pendakian diawali dengan melintasi area perkemahan yang sangat luas yang ditumbuh pohon-pohon pinus sehingga cukup rindang dan sejuk di siang hari. Agak landai kemudian mulai memasuki kawasan hutan.
Jalur pendakian masih cukup landai, namun akan banyak dijumpai pertigaan, maupun perempatan jalur yang menuju ke perkampungan penduduk, maupun jalur penduduk mencari kayu bakar dan rumput, untuk itu tetap pilih jalur yang paling lebar. Berjalan sekitar satu jam akan sampai di Mpitian yang berupa perempatan jalur.
Dari Mpitian masih agak landai melintasi hutan akan berjumpa dengan sungai kering yang berisi pasir. Setelah menyeberangi sungai kering jalur mulai agak menanjak namun masih melintasi hutan. Setelah berjalan sekitar satu jam dari sungai kering ini jalur terjal sekali meliuk mendaki bukit dan sampailah kita di tikungan macan.
Di Tikungan Macan ini kita bisa memandang ke bawah ke arah jurang yang masih diselimuti hutan yang lebat. Di tikungan Macan ini pendaki yang turun bisa kesasar karena jalur yang sebenarnya berada disisi samping bukan lurus ke bawah.
Dari Tikungan Macan jalur mulai sedikit terbuka, namun masih melintasi hutan yang sudah tidak terlalu lebat lagi. Jalur mulai menanjak, setengah jam berikutnya jalur mulai agak sulit dan semakin terjal. Sekitar satu jam dari Tikungan Macan pendaki akan sampai di Batu Tulis.
Batu Tulis adalah tempat terbuka yang cukup luas, di tengahnya terdapat sebuah batu yang cukup besar. Pemandangan indah di sekitar Batu Tulis bisa menjadi pengobat lelah. Banyak terdapat Edelweiss yang tumbuh tinggi dan besar sehingga bisa digunakan untuk berteduh. Pendaki yang turun Gn.Merbabu, di Batu Tulis ini terdapat juga jalur alternatif yang kelihatan sangat jelas namun sedikit mendaki bukit. Jalurnya berbahaya melintasi punggungan yang sempit dengan sisi jurang di kira dan kanan, sebaiknya tidak melewati jalur ini, tetaplah mengikuti jalur yang resmi.
Dari Batu Tulis medan mulai terbuka berupa padang rumput yang sangat terjal dan berdebu. Bila di musim hujan jalur ini licin sekali sehingga perlu perjuangan sangat keras untuk merangkak ke bergerak ke atas. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan, pendaki masih harus melewati empat buah bukit yang terjal untuk sampai di puncak Gunung Merbabu.
Sekitar 1 jam berjuang melintasi medan yang berat dan terjal pendaki akan sampai di puncak bukit, selanjutnya turun dan landai melintasi padang rumput. Pemandangan sekitar di Padang Rumput ini sangat indah, seperti bukit-bukit Teletubies. Sedikit naik bukit dan kemudian turun lagi pendaki akan sampai di Jemblongan yakni sebuah tempat yang banyak di tumbuhi Edelweiis dalam ukuran besar dan rapat sehingga sehingga membentuk hutan yang rindang.
Pendaki bisa beristirahat sejenak sambil tiduran di bawah rindangnya hutan Edelweiss. Di sini adalah tempat terakhir yang bisa digunakan untuk berteduh dan beristirahat dengan nyaman, karena jalur selanjutnya berupa padang rumput terbuka yang kering dan sangat terjal, berdebu di musim kemarau dan sangat licin di musim hujan.
Dari Jemblongan kembali pendaki harus berjuang untuk mendaki bukit yang terjal, licin dan berdebu. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan karena tertutup bukit. Pemandangan alam cukup menghibur, di sisi kiri terdapat Gunung Kenong dan di sisi kanan terdapat gunung Kukusan yang runcing dan terjal.
Setelah berjalan sekitar 1 jam akan tampak puncak Gunung Merbabu. Pemandangan yang sangat indah di depan mata, sekaligus pemandangan yang mencengangkan, karena kita memandang jalur medan terjal yang harus kita tempuh untuk menggapai puncak gunung Merbabu. Berbalik arah pemandangan ke arah Gunung Merapi juga sangat indah sekali. Bila kita berjalan dengan cermat sekitar sekitar 25 meter di sebelah kanan jalur akan kita temukan sebuah batu berlobang yang keramat.
Sekitar 30 menit hingga 1 jam diperlukan perjuangan akhir dengan menapaki jalur padang rumput yang terjal dan berdebu untuk mencapai Puncak tertinggi gunung Merbabu. Setibanya di Puncak Gunung Merbabu, untuk menuju Puncak Kenteng Songo kita berjalan sekitar 10 menit ke arah Timur.
Di Puncak Kenteng Songo terdapat batu berlobang yang dikeramatkan masyarakat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang dengan jumlah 9 buah yang hanya bisa dilihat, menurut penglihatan paranormal. Mata biasa hanya melihat 4 buah batu berlobang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn. Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn. Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn. Lawu dengan puncaknya yang memanjang.


Mount Merbabu is a dormant stratovolcano in Central Java province on the Indonesian island of Java. The name Merbabu could be loosely translated as 'Mountain of Ash' from the Javanese combined words; Meru means "mountain" and awu or abu means "ash".
The active volcano Mount Merapi is directly adjacent on its south-east side, while the city of Salatiga is located on its northern foothills. A 1,500m high broad saddle lies between Merbabu and Merapi, the site of the village of Selo and highly fertile[citation needed] farming land. There are two peaks; Syarif (3,119 m) and Kenteng Songo (3,145 m). Three U-shaped radial valleys extend from the Kenteng Songo summit in northwesterly, northeastly and southeastly directions.
Two known moderate eruptions occurred in 1560 and 1797. The 1797 event was rated 2: Explosive, on the Volcanic Explosivity Index.An unconfirmed eruption may have occurred in 1570.
Geologically recent eruptions originated from a North Northwest-South Southeast fissure system that cut across the summit and fed the large-volume lava flows from Kopeng and Kajor craters on the northern and southern flanks, respectively.
Merbabu can be climbed from several routes originating from the town of Kopeng on the north east sideside, and also from Selo on the southern side. A climb from Kopeng to Kenteng Songo takes between 8 and 10 hours.
An area of 57 km² at the mountain has been declared a national park in 2004
This is a favorite mountain for local and foreign mountaineers. The average temperature in its top is around 15 grade Celsius during the day, of course in the night, it’s biting cold. The magnificent Merbabu is in the middle of Central Java Province, comes from the word "Meru" means mountain and "Babu" means female or lady.
For years it has been known as a sleeping mountain, but in fact it has 5 calderas, namely:
Condrodimuko, Kombang, Kendang, Rebab & Sambernyowo. Mt. Merbabu last eruption was in 1968 which caused a lot of erosion. Usually it gives a tranquile atmosphere to its green beautiful environment.

FROM SELO
Selo village is situated between Mt. Merbabu & Mt. Merapi.
In Selo, there are some inns.
1. From Pasar (Market) of Selo, walk to the village bordering with the forest.  There is modest bathroom, mosque and a warung (small shop). In the Javanese month of Sapar, there is a ritual ceremony, the villagers give a traditional offering in the spring, as it provided a good life to them.
2. Climbing from this side, the climbers can always see the beautiful view of Mt. Merapi and Mt. Lawu on their back.
From shelter I-Balong, shelter II-Pentur and shelter III. The climbers can walk leisurely under the shadow of big forest trees. The name of Balong according to local legend, is to remember Eyang (grand-pa) Citranala conquered a tiger. In that fight, his cloth was holed by the tigers’ bite (cloth=gombal; hole= bolong; gombal bolong, the abbreviation is Balong)
From shelter IV up to summit, there are savannah and some flowers like a special kind of Edelweiss, named The Snowy Edelweiss. The most Tiring trek is the climbing to this shelter.
The shelter V is the peak of Kentong Songo. The climbing from the south route takes around 6 hours time.
It is advised to the mountaineers, the best way is to climb Mt. Merbabu from the North, Tekelan village and descend in Selo. Afterwards, depends to availability of time and energy, climb over Mount Merapi.
Selo dari Semarang-Solo
1. Bus Jurusan Semarang-Solo turun di kota boyolali.
2. Bus kecil dari Pasar Sapi Boyolali ke Cepogo/Selo.
3. Bus kecil dari Pasar Cepogo ke Selo.
Selo lewat Magelang
1. Bus jur Yogya - Semarang turun di Blabak (sebelum kota Magelang)
2. Angkot ke desa Sawangan disambung mobil bak sayuran ke jurusan Klakah, sambung lagi mobil sayuran ke Selo. Ada juga bus kecil jurusan magelang ke boyolali turun di Selo.
( Tidak disarankan lewat Magelang bila hendak menggunakan kendaraan umum kecuali carter mobil )
Selo dari Yogya-Solo
1. Bus jurusan Yogya-Solo turun di kota Kartasura.
2. Bus jurusan Solo-Semarang turun di terminal Boyolali.
3. Bus Kecil dari Pasar Sapi Boyolali ke Cepogo/Selo
4. Bus kecil dari Pasar Cepogo ke Selo.
Kecamatab Selo merupakan salah satu Kecamatan di Kab. Boyolali, letaknya diantara gunung Merapi dan Merbabu dengan ketinggian  1300-1500 m di atas permukaan laut menjadikan daerah ini dingin dan memiliki pemandangan yang indah. Wilayah seluas 11766,4 ha berupa hutan lindung sehingga menopang objek wisata kawasan Selo.
Di Kawasan Selo terdapat  objek-objek wisata dan budaya yang merupakan peninggalan jaman kerajaan Mataram, Belanda maupun Jepang yakni
  • Goa Raja,
  • Goa Jepang,
  • Petilasan Kebo Kanigoro,
  • Makam ki Hajar Saloka,
  • Hutan Lindung Genting,
  • Theater New Selo
  • Watu Gubug
  • Puncak Syarief
  • Kenteng Songo
  • Petilasan Kebo Kanigoro,
  • Makam ki Hajar Saloka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar